Mau Pilih Mana? Jadi Penonton atau Pemain

Seorang penonton sepak pola dengan suara setengah berteriak menyalahkan pemain bola yang meleset menendang bola ke gawang lawan. Bagaimana sih si X itu? Katanya pemain andalan, masak cuma nendang bola sedekat itu saja meleset?!

Coba kita telaah sepenggal cerita di atas. Apakah si penonton itu jauh lebih lihai daripada pemain bola yang ia komentari maaf 'tak becus' menendang bola itu?

Berbicara, berkomentar, menonton memang sangat mudah, tapi ketika penonton yang berkomentar tak sedap itu berada di posisi yang dikomentari tak ada jaminan lebih baik. Syukur-syukur kalau membantu. Lha kalau hanya menonton, menyalahkan, dan mencari jelek-jeleknya saja apakah elegan?

Pernahkah Anda melihat orang membuat teh tarik. Memindahkan teh cempur susu dari satu gelas ke gelas yang lain sehingga tercipta teh tarik yang sedap. Sepintas memang mudah, kalau cuma melihat... Tetapi ketika mencoba melakukannya. Ketika teh berceceran di mana-mana. Masihkah Anda bisa dengan enteng mengatakan, "Bikin teh tarik itu mudah..." ?

Ketika kita melihat pemimpin kita tak sesuai dengan apa yang kita bayangkan, apakah dengan serta merta ketika kita menggantikan posisinya sebagai pemimpin, semuanya akan menjadi lebih baik? Ataukah justru sebaliknya?

Hampir seluruh tokoh dunia yang sukses berawal dari cemoohan orang. Taukah Anda bagaimana awal mula air mineral dijual? Hampir semua orang menertawakannya... HAHAHAHAHA Jualan kok jualan air??? Kurang kerjaan aja?! Namun, fakta saat ini membuktikan, jualan air mineral menjadi bisnis yang omzetnya luar biasa...

Kita lihat saja beberapa tahun ke depan... Apakah komentator skeptis itu akan menjadi lebih baik kontribusinya untuk orang lain daripada pemain yang berusaha memberi manfaat bagi orang lain walau baru sedikit? Hanya waktu yang mampu membuktikan...

dua-duanya perlu..

pemain gag ada penonton, entah itu kritik ato muji.. hal itu perlu supaya si pemain tergerak dan bergerak..

sama halnya dengan penonton, kalo gag ada pemainnya maka gag ada yang di kritik ato puji, so gag ada yang di gerakkan n yang bergerak..

pie dab.?

Pernyataan mas punkaz memang bener, tapi coba pikirkan pendapat saya...
saya kira ini lebih tepat, untuk menanggapi mas Gundul. coba pikirkan sama sama...

kuncung wrote:

Seorang penonton sepak pola dengan suara setengah berteriak menyalahkan pemain bola yang meleset menendang bola ke gawang lawan. Bagaimana sih si X itu? Katanya pemain andalan, masak cuma nendang bola sedekat itu saja meleset?!

sebuah perumpamaaan yang kerap dilontarkan pengkader atau trainer (biasanya adalah pelaku politik) dalam mendoktrin calon kader baru. Perumpamaan tersebut adalah perumpamaan lama, sangat klasik. Biasanya seorang calon kader hanya bisa melongo tak bisa menyangkal, terbius dengan kata-kata retorika tersebut. Tak bisa menggunakan nalarnya dan hanya berlandaskan kekagumannya terhadap pengucapnya.

Marilah kita sama-sama pikirkan tentang perumpamaan tersebut. Kalau boleh saya jujur, maaf, perumpamaan tersebut sangatlah NGAWUR. terlalau memaksakan 2 unsur yang berbeda"kepemimpinan" dan "sepak bola". (Jadi kuliah bahasa nih:). Mungkin mahasiswa yang kuliah di sastra akan sangat paham dengan perumpamaan ngawur ini. Dalam permainan sepak bola, aturan permainan dan tempat hanyalah berada dalam lapangan yang dibatasi garis. Sedangkan penonton tidak akan memberikan andil apa-apa. Sedangkan dalam kepemimpinan sama sekali tidak ada penonton. Walaupun seseorang diam atau bicara mereka bukanlah penonton sepenuhnya. Mengapa? karena siapa saja dalam sebuah kepemimpinan ia tidak hanya duduk dikursi penonton, tapi juga berada dilapangan dan terikat dalam aturan main.


memang penjual air dulu diremehkan, seperti orang yang memiliki teori, berpendapat dan hany dianggap tukang omong.

Saya juga punya perumpamaan bung!

Untuk MAKAN, saya TIDAK PERLU memasak! YYeaah!


reply please kuncung!

wah baguz tuch, "makan gag perlu masak"[hahaha..]

kalo masalah sastra bahasa ga donk sich, mungkin perumpamaan ngawur, pi namanya perumpaan menurut aku sih sah-sah aja kalo ngawur,hehe..

wokay dab.!

yang nulis gak berani nanggapi xixixixiiixix

buntu kali ya

Thank's sist and bro atas komentarnya...

Kenapa? Karena pemain bisa jadi penonto juga. Tapi penonton belum tentu bisa jadi pemain...

kalo kamu main bola, kamu pasti terengah engah dan gak bisa mikir sert a komentar

wah lha ko puanas gini forumnya....

aq jd takut mw nulis

baca buku dulu kali yaaak....wkkkkk

@Joko budug..
Ho'oh.... forume panas...
Aq kan masih kcil...
Gak ikut2an ah.....

Ikutan baca buku ah....
Persiapan midsemester..

mas kuncun in harus kuliah dl tentang yang nama na kepemmpinan...sekolah dl baru komentar.malu2 in mas................seorang pemimpin yang baik siap menerima kritikan dari siapapun dan dari mana pun karna dia tau itu untuk kebaikan bersama............tp kalo maskuncung perumpamaan nya bOLO eh Bola.......yo g mecing.dung.piye tho.......hahahahhahah....lucu tenen ki mas kuncung,......eh lucu atau bodo...hahahah........................mas kuncung nagkatan sudah di uny berapa lama tho............kayak udah kenal bagat gtu.......atau jagan jagan mas kuncung hanya terpesona dan terpana dengan kata2 saja..........mikir,melek,sadar mas dasar,..............

dalam sepak bola ada yang namanya bisnis...mereka ada untuk penonton yang menyoraki mereka...ketika penonton tidak bersorak kepadanya berakhirlah dia...

tapi dalam kepemimpinan berbeda,mereka ada untuk yang mereka soraki...
bukan untuk penonton yang menyoraki mereka...
jadi yang namanya kritik bukan hal haram dalam kepemimpinan...

karena terkadang seorang pemimpin bersorak terlau keras atau terlalu lirih...
penonton adalah elemen yang dibutuhkan sseorang pemimpin agar ia dapat bersorak dengan nada yang indah...

lagi pula,siapapun berhak ada dalam kepemimpinan,dan siapapun adalah pemimpin, lebih sederhana dari sepak bola bukan?walaupun secara normatif hampir sama,tapi jangan samakan kepemimpinan dengan sepak bola...
mohon maaf bila ada kata2 sy yg salah...

mungkin itu saja hasil dari baca baca sy kemaren,anak bau kencur yang satu ini mngkn sdh terlalu bnyk bicara...mgkn jg dia gk sadar kalo dia paling bodoh...